National Geographic

Nyalindung, Burangrang

Lokasi SMA 2 Cimahi

Reduce your environmental footprint
StopGlobalWarming.org

Monday, December 22, 2008

Rekor-rekor Everest Red:Musa

Yang utama diingat orang, tentu, Everest adalah gunung tertinggi di
jagat raya. Tingginya mencapai 8.850 meter di atas permukaan laut.
Puncak Everest adalah satu di antara Tujuh Puncak Utama Dunia.

Letak Everest tak lazim, berada di dua wilayah negara berbeda: Nepal
dan Tibet. Puncak Everest, karena letaknya itu, menandai perbatasan
Nepal dan Tibet. Orang Nepal menyebutnya Sagarmatha atau `dahi
langit'. Orang Tibet menjulukinya Chomolangma atau `Bunda Semesta'.

Everet ditemukan oleh Sir George Everest pada 1841. Surveyor asal
Inggris itulah yang pertama menemukan lokasi Everest. Nama Everest
sendiri digagas Sir Andrew Waugh, penerusnya.

Sementara orang pertama yang menyatakan Everest sebagai gunung
tertinggi di dunia adalah Radhanath Sikdar, juru ukur dan pakar
matematika asal Bengal. Ia melakukannya lewat perhitungan
trigonometrik pada 1852 dengan menggunakan teodolit di India dari
jarak 150 mil.

Ketika pertama kali diukur pada 1856, Mount Everest tercatat setinggi
8.839 meter di atas permukaan laut. Lalu, direvisi lagi menjadi 8.840
meter atau 29.002 kaki. Tambahan 0,6 meter atau 2 kaki itu
menunjukkan, di masa itu ketinggian yang tepat akan dianggap sebagai
perkiraan yang dibulatkan.

Sementara perkiraan umum yang digunakan saat ini diperoleh melalui
bacaan Sistem Posisi Global (GPS). Gunung Himalaya, misalnya, masih
terus bertambah tinggi akibat pergerakan lempeng tektonik kawasan itu.

Siapa penakluk pertama puncak Everest?

Sejarah mencatat ada dua orang yang pada 29 Mei 1953 melakukan
pendakian. Keduanya adalah Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay.
Jadi, pada 29 Mei 2008 yang baru saja lewat, prestasi itu genap
berusia 55 tahun.

Sejak itu, orang-orang sibuk mengukir prestasi terkait Everest. Begitu
banyak manusia yang tercatat sebagai `pertama'.

Junko Tabei asal Jepang, misalnya, adalah pendaki wanita pertama yang
mendaki pada 15 Mei 1975. Sedangkan pendakian tanpa oksigen pertama
dilakukan Reinhold Messner dan Peter Habeler pada 8 Mei 1978.

Pendakian menuju puncak Everest biasanya membutuhkan waktu lebih dari
20 jam untuk orang normal. Tapi, beberapa dari mereka mencatatkan
waktu terbaik yang hingga kini belum terpecahkan rekornya.

Babu Chhiri Sherpa adalah pendaki tercepat dari sisi Selatan. Catatan
waktunya 16 jam 56 menit pada 21 Mei 2000. Dari sisi Utara, rekor
dipegang Hans Kammerlander pada 24 Mei 1996. Ia membukukan waktu 16
jam 45 menit.

Di sisi lain, Temba Tsheri tercatat sebagai pendaki termuda. Ia
mendaki pada 22 Mei 2001, ketika usianya baru 15 tahun. Sebaliknya,
Sherman Bull yang berusia 64 tahun tercatat sebagai pendaki tertua.

Yang juga menakjubkan adalah Erik Weihenmeyer. Ia adalah tuna netra
pertama sukses mendaki Everest pada 25 Mei 2001.

Tahun terbaik dalam sejarah pendakian Everest adalah 1993. Ada 129
pendaki mencapai puncaknya. Tahun terburuk Everest adalah 1996
menyusul kematian 15 pendakinya.

Total, pada akhir musim mendaki 2007, tercatat 3.679 pendakian menuju
puncak dilakukan oleh 2.436 orang. Jumlah korban tewas mencapai 210
orang. Sebagian di antara korban ditinggalkan di lokasi akibat
kesulitan evakuasi.

Pendaki Everest bervariasi, mulai yang profesional sampai pemula yang
menyewa pembina untuk memandu. Ini berarti, para pendaki adalah sumber
devisa yang cukup besar bagi Nepal dan Tibet.

Pemerintah kedua negara menetapkan turis pendaki harus merogoh kocek
US$ 25.000 per kepala untuk izin mendaki. Izin ini adalah ketentuan
yang wajib dilengkapi para pendaki, selain hasil tes kesehatan dan
kelengkapan mendaki.

Waktu pendakian terbaik adalah Mei atau sebelum musim panas muson,
ketika angin bertiup ke arah Utara sehingga kecepatan angin di gunung
berkurang. Calon pendaki sebaiknya berkonsultasi dulu kepada para
pendaki ahli yang ada di lokasi. Waspadalah terhadap longsor es,
penyebab kematian terbesar di Everest.

wah..wah..kapan yah bisa kesanah??
hehe...

Pendaki Termuda red:Musa

Baru berumur delapan tahun dan tinggi badannya hanya 1,2 meter, tapi
Aidan Gold sudah bisa disejajarkan dengan para pendaki gunung kawakan.
Sebab, ia telah menaklukkan puncak Cascade, Alpen, dan Himalaya.

"Salju di sini lebih tebal daripada di Gunung Rainier (Cascade)
meskipun terdapat tanaman," kata Gold sambil menunjuk foto Puncak
Island di Himalaya. Aidan mendaki puncak berketinggian di atas 6000
meter itu bersama ayahnya dan beberapa pemandu, November. Menurut para
anggota Nepal Mountaineering Association, Aidan mungkin orang termuda
yang mencapai puncak tersebut.

Pendakian di Himalaya adalah puncak dari petualangan keluarga selama
empat bulan yang dilakukan dari Swiss ke Katmandu. Aidan dan ayahnya
juga mencapai puncak Haustock setinggi 3.172 meter, Puncak Monch di
Alpen setinggi 4.087 meter, dan Puncak Awi dekat Everest setinggi
5.246 meter.

Menurut Aidan, jalur pendakian tersulit adalah daerah berbatu dan
bersalju di Haustock dengan kemiringan 45 derajat. "Perjalanan 900
meter yang paling berat," katanya.

Tantangan ini adalah usaha yang dilakukan ayahnya untuk memberikan
apresiasi tentang bagian dunia yang hanya dikunjungi segelintir orang
kepada anak-anaknya. "Campuran antara penasaran dan petualangan,
itulah yang Anda rasakan saat mencapai puncak," kata associate
professor ekologi dan ilmu lingkungan di Universitas
Washington-Bothell itu. Istrinya, Julia, ikut menemani Gold melakukan
penelitian ekologi pada daerah ketinggian. Begitu juga anak keduanya,
Janick (5).

Aidan menyukai pendakian ini sebagai petualangan dan menikmati
pemandangannya. "Aku kedinginan dua kali waktu di Nepal, tapi tidak
sekalipun waktu di Swiss," kata Aidan, "Pagi hari di ketinggian 5.000
meter dingin lho."

Autisme

Pengalaman pertama mendaki gunung dilakukannya pada usia 3 tahun di
Gunung Si, dekat North Bend. Menurut orang tuanya, Aidan memiliki
fokus yang tidak wajar, bersemangat, dan tidak mudah bosan dengan
kegiatan monoton dan jangka panjang seperti mendaki gunung.

Kelainan tersebut disebabkan sindrom Asperger, salah satu bentuk
autisme yang diketahui sejak Aidan berusia 3 tahun. Orang yang
menderita autisme umumnya memiliki fokus yang berlebihan sehingga
tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya.

Ia berkembang menjadi seorang pencerita, mengarang cerita sendiri dan
menceritakannya keras-keras. Bahkan ia sempat menjadi pemenang pada
lomba mendongeng di Teater Paramount, Seattle.

Ia juga memiliki minat yang besar dalam merangkai origami, ketrampilan
melipat kertas ala Jepang. Pohon Natalnya yang lalu juga dipenuhi
origami, sebagian dari bentuk yang ada di buku dan sebagian lagi ide
orisinilnya. Kecintaannya yang lain, mendaki gunung, bisa jadi hobi
yang paling beresiko meskipun tetap disalurkan kedua orang tuanya.
Be part of the solution. Support WWF today  Working together for a living planet Send a free WWF ecard Find out more about endangered species