Aidan Gold sudah bisa disejajarkan dengan para pendaki gunung kawakan.
Sebab, ia telah menaklukkan puncak Cascade, Alpen, dan Himalaya.
"Salju di sini lebih tebal daripada di Gunung Rainier (Cascade)
meskipun terdapat tanaman," kata Gold sambil menunjuk foto Puncak
Island di Himalaya. Aidan mendaki puncak berketinggian di atas 6000
meter itu bersama ayahnya dan beberapa pemandu, November. Menurut para
anggota Nepal Mountaineering Association, Aidan mungkin orang termuda
yang mencapai puncak tersebut.
Pendakian di Himalaya adalah puncak dari petualangan keluarga selama
empat bulan yang dilakukan dari Swiss ke Katmandu. Aidan dan ayahnya
juga mencapai puncak Haustock setinggi 3.172 meter, Puncak Monch di
Alpen setinggi 4.087 meter, dan Puncak Awi dekat Everest setinggi
5.246 meter.
Menurut Aidan, jalur pendakian tersulit adalah daerah berbatu dan
bersalju di Haustock dengan kemiringan 45 derajat. "Perjalanan 900
meter yang paling berat," katanya.
Tantangan ini adalah usaha yang dilakukan ayahnya untuk memberikan
apresiasi tentang bagian dunia yang hanya dikunjungi segelintir orang
kepada anak-anaknya. "Campuran antara penasaran dan petualangan,
itulah yang Anda rasakan saat mencapai puncak," kata associate
professor ekologi dan ilmu lingkungan di Universitas
Washington-Bothell itu. Istrinya, Julia, ikut menemani Gold melakukan
penelitian ekologi pada daerah ketinggian. Begitu juga anak keduanya,
Janick (5).
Aidan menyukai pendakian ini sebagai petualangan dan menikmati
pemandangannya. "Aku kedinginan dua kali waktu di Nepal, tapi tidak
sekalipun waktu di Swiss," kata Aidan, "Pagi hari di ketinggian 5.000
meter dingin lho."
Autisme
Pengalaman pertama mendaki gunung dilakukannya pada usia 3 tahun di
Gunung Si, dekat North Bend. Menurut orang tuanya, Aidan memiliki
fokus yang tidak wajar, bersemangat, dan tidak mudah bosan dengan
kegiatan monoton dan jangka panjang seperti mendaki gunung.
Kelainan tersebut disebabkan sindrom Asperger, salah satu bentuk
autisme yang diketahui sejak Aidan berusia 3 tahun. Orang yang
menderita autisme umumnya memiliki fokus yang berlebihan sehingga
tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Ia berkembang menjadi seorang pencerita, mengarang cerita sendiri dan
menceritakannya keras-keras. Bahkan ia sempat menjadi pemenang pada
lomba mendongeng di Teater Paramount, Seattle.
Ia juga memiliki minat yang besar dalam merangkai origami, ketrampilan
melipat kertas ala Jepang. Pohon Natalnya yang lalu juga dipenuhi
origami, sebagian dari bentuk yang ada di buku dan sebagian lagi ide
orisinilnya. Kecintaannya yang lain, mendaki gunung, bisa jadi hobi
yang paling beresiko meskipun tetap disalurkan kedua orang tuanya.
Sebab, ia telah menaklukkan puncak Cascade, Alpen, dan Himalaya.
"Salju di sini lebih tebal daripada di Gunung Rainier (Cascade)
meskipun terdapat tanaman," kata Gold sambil menunjuk foto Puncak
Island di Himalaya. Aidan mendaki puncak berketinggian di atas 6000
meter itu bersama ayahnya dan beberapa pemandu, November. Menurut para
anggota Nepal Mountaineering Association, Aidan mungkin orang termuda
yang mencapai puncak tersebut.
Pendakian di Himalaya adalah puncak dari petualangan keluarga selama
empat bulan yang dilakukan dari Swiss ke Katmandu. Aidan dan ayahnya
juga mencapai puncak Haustock setinggi 3.172 meter, Puncak Monch di
Alpen setinggi 4.087 meter, dan Puncak Awi dekat Everest setinggi
5.246 meter.
Menurut Aidan, jalur pendakian tersulit adalah daerah berbatu dan
bersalju di Haustock dengan kemiringan 45 derajat. "Perjalanan 900
meter yang paling berat," katanya.
Tantangan ini adalah usaha yang dilakukan ayahnya untuk memberikan
apresiasi tentang bagian dunia yang hanya dikunjungi segelintir orang
kepada anak-anaknya. "Campuran antara penasaran dan petualangan,
itulah yang Anda rasakan saat mencapai puncak," kata associate
professor ekologi dan ilmu lingkungan di Universitas
Washington-Bothell itu. Istrinya, Julia, ikut menemani Gold melakukan
penelitian ekologi pada daerah ketinggian. Begitu juga anak keduanya,
Janick (5).
Aidan menyukai pendakian ini sebagai petualangan dan menikmati
pemandangannya. "Aku kedinginan dua kali waktu di Nepal, tapi tidak
sekalipun waktu di Swiss," kata Aidan, "Pagi hari di ketinggian 5.000
meter dingin lho."
Autisme
Pengalaman pertama mendaki gunung dilakukannya pada usia 3 tahun di
Gunung Si, dekat North Bend. Menurut orang tuanya, Aidan memiliki
fokus yang tidak wajar, bersemangat, dan tidak mudah bosan dengan
kegiatan monoton dan jangka panjang seperti mendaki gunung.
Kelainan tersebut disebabkan sindrom Asperger, salah satu bentuk
autisme yang diketahui sejak Aidan berusia 3 tahun. Orang yang
menderita autisme umumnya memiliki fokus yang berlebihan sehingga
tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Ia berkembang menjadi seorang pencerita, mengarang cerita sendiri dan
menceritakannya keras-keras. Bahkan ia sempat menjadi pemenang pada
lomba mendongeng di Teater Paramount, Seattle.
Ia juga memiliki minat yang besar dalam merangkai origami, ketrampilan
melipat kertas ala Jepang. Pohon Natalnya yang lalu juga dipenuhi
origami, sebagian dari bentuk yang ada di buku dan sebagian lagi ide
orisinilnya. Kecintaannya yang lain, mendaki gunung, bisa jadi hobi
yang paling beresiko meskipun tetap disalurkan kedua orang tuanya.
No comments:
Post a Comment